Entah mengapa, aku tak bisa lepas darinya. Aku selalu menatapnya tanpa bisa berkata apapun. Kejadian ini terus berlangsung dari saat itu.
Aku hanyalah seorang gadis SMA yang biasa-biasa saja. Sampai suatu hari aku tak sengaja besenggolan dengannya.
“hai, kamu gak apa-apa kan?”, tanyanya padaku.
“iya, gak pa-pa kok”, jawabku seraya berlalu darinya.
Suatu hari aku mengetahui nama orang itu. Dia bernama Yudi, anak IS 2. Dia termasuk siswa yang aktif di kelas nya. Entah mengapa dia selalu ada dalam benakku, disaat makan, tidur, hingga saat jam pelajaran di kelas.
Tak ku sangka aku bertemu lagi dengannya di jam olahraga. Aku tak menyangka ia menghampiriku. Sejak saat itu kami pun mulai dekat. Kami pun sering berolahraga bersama. Suatu ketika aku merasa sangat lelah dan duduk di salah satu bangku di lapangan. Semuanya pun mendadak kabur dalam penglihatanku.
Sesampainya di rumah sakit, dokter memeriksaku. Tak ada orang tua yang menemaniku karena mereka sangatlah sibuk.Hanya Yudi yang ada di sampingku.
Suatu hari aku janjian bertemu dengan Yudi di sebuah taman.
“Yudi kamu sibuk gak? “, telponku.
“gak kok, kenapa?”
“ehm, aku mau ngomongin sesuatu sama kamu. Ku tunggu jam 4 di taman ya”
“oke”
Aku pun bergegas menuju taman. Tak lupa aku membawa surat yang ingin ku berikan padanya. Di dalamnya berisi semua curahan hatiku padanya selama ini. Sesampainya di taman masih sepi tak ada orang. Aku menunggu kedatangannya dengan sabar.
15 menit berlalu, akhirnya aku melihatnya datang. Aku pun langsung berdiri menghampirinya, namun tiba – tiba saja pandanganku kabur.
Keesokan harinya, semua orang mulai dari guru, teman-teman, saudara dekat, serta orang tua ku berkumpul di rumahku. Mereka terlihat sangat sedih. Terutama Yudi dan kedua orang tuaku.
Aku pun hanya dapat menyaksikan mereka tanpa bisa berkata ataupun berbuat sesuatu. Dari sini, aku dapat menyaksikan beberapa karangan bunga dari kolega orang tua serta dari sekolahku.
Ku lihat, Yudi membaca lagi surat yang ku bawa waktu itu.
Dear Yudi,
Maaf telah merepotkanmu dengan menyuruhmu untuk datang kesini. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku sayang banget sama kamu. Tapi, mungkin aku gak bisa sama- sama ma kamu karena aku takut waktu ku sudah tak banyak lagi. Saat itu dokter telah memberitahu aku bahwa hidupku tak lama lagi. Aku menderita kanker otak stadium 3. Aku tak ingin kamu mengetahuinya dari orang lain sebelum aku memberitahumu. Kamulah orang pertama yang bias membuka hatiku, dan dapat aku percaya. Aku harap kamu akan baik – baik saja.
Karin
Itulah surat yang ku buat untuknya. Sekarang, mereka telah menjemputku. Selamat tinggal Yudi. Selamat tinggal ayah. Selamat tinggal ibu. Ku harap kalian smua akan baik – baik saja.